Petuah Mbah Komposer

Ayo yang dari luar pulau kalimantan merapat. Di sini Pontianak 16 januari 2013 cuacanya begitu indah berbintang. Begitu indah untuk kita syukuri dan masih bisa menghirup udara di bumi khatulistiwa ini. Ingin sekali mengharumkan tanah kelahiran kamek ( dalam bahasa keseharian disni yang berarti saya). Tentunya masih banyak harapan yang ingin kamek capai. 

Saya ingin mengangkat nama tanah kelahiran dengan seni. Dan saya ingin menjadi komposer. Wow. Terdengarnya mustahil. Tapi kalian pernah dengar kata-kata sesepuh yang bikin kita termotivasi. Ini mungkin kata yang sudah saya sesatkan artinya.

Guru saya pernah bilang cita-cita itu harus tinggi agar jatuhnya itu gak jatuh-jatuh amat. Contoh saat kuliah. Ingin dapat nilai Sangat bagus yaitu A, kalo jatuhkan gak jauh-jauh yaitu B, sudah boleh pakai kaca mata depan kawan-kawan :-B. Tapi. jangan sampai dikasi sisir, yang bentuknya seperti huruf E. Itu artinya kamu disuruh pulang sama dosennya dan di suruh nyisir rambut rapi-rapi dan kembali untuk ngulang di semester depan.

Begitu juga ingin dapat calon istri seperti Pevita Pearce setidaknyakan kalau jatuh gak jauh jauh amat dari Pevita Pearce, mungkin dapat saudarnya kalau masih mustahil mungkin bisa ketemu pembokat seksi yaitu janda beranak dua yang masih saudra-saudaran sama Pevita Pearce itu kalo dapet sih.

Trus apa hubunganya Pevita Pearce dengan komposer?

Gak ada. (Gitu aja)

Begitu juga kalau merintis karir menjadi komposer atau komponis tapi bukan kompeni yang jajah negara kita. Kalau gak kesampaiankan, kan bisa jadi pengisi acara musik untuk nikahan kamu-kamu yang lagi baca postingan ini. :D

Entah kenapa saya suka dengan komposer. Mungkin karna kostumnya yang elegan atau sang komposer berada didepan yang memimpin orkestra atau mungkin karna tongkatnya lebih keren mirip harry potter atau mungkin sang JK Rowling terinspirasi dari komposer atau mungkin... mungkin.. mungkin... si komposer ngikut gaya penyihir jaman dulu atau mungkin ah sudahlah..

Saya sangat suka dengan dunia musik. Walaupun tidak menjiwai. Tapi saya senang dengan musik. Saya ingin sekali mempelajari semua alat musik, semuanya, apalagi itu alat musik daerah, punya kebanggaan tersendiri. Dengan membawakan lagu daerah dipadukan dengan simfoni.

Baru aja belajar gitar. Baru aja megang seruling. Belom aja mahir. Saya sudah berlagak layaknya komposer handal. Ketika memegang suruling saya terbayang seperti mengayunkan tongkat kecil ala komposer hebat di depan kaca. Itu kaca saksi bisu. Kalau dia gak bisu, tu kaca akan bilang. Bukan seperti komposer tapi seperti paklampir sedang megang tongkat sihir seperti Lord Voldemort yang hampir satu abad gak pernah move on. 

Voldermort, 87 tahun Jomblo.

Serem gak tuh?

Dari sini saya berfikir untuk menjadi komposer.

Menjadi komposer mungkin bukan hal yang mudah perlu belajar yang serius dan benar-benar menekuni. Selain ahli memimpin okestra pastinya telinga harus tajam untuk mendengarkan nada dari setiap alat musik dan bisa membaca not balok.

Saya sadar untuk mengerjar impian itu terkadang biaya menjadi salah satu faktor penghambat. Walaupun mempunyai tekat dan ambisi yang kuat.

Terilhami dari mimpi indah semalam. Seorang kakek datang dari mimpi berjanggut putih berjubah putih, rambut putih, sepatu putih sampai bola mata putih semuanya putih. Dia memberi wejangan.

 “Cu apakah kamu ingin menjadi komposer” 

“Mau mbah, itu udah jadi impian saya sejak doeloe”

“Ada syaratnya?”

“APAA MBAHH?”

“Kamu harus kera keras dan ikuti saran-saran Embah”

Ini lah saran dari Mbahe:

1.      Sekolah Musik

Usaha yang sangat efesin sih yaitu sekolah. Jurusan musik pastinya. Karna ilmunya itu lebih penting. Tapi yang satu ini udah saya coba. Saya sempet ambil jurusan FKIP Seni musik. Pas tes memainkan alat musik saya pilih gitar. Selesai saya memainkan satu lagu, belum nyampe reff udah di suruh berenti sama panitia. Lalu saya tanya teman saya, kok disuruh berhenti, “Kamu mainin chordnya kurang bener”. Padahal saya pikir saya bisa memain kan dua alat musik sekaligus yaitu gitar dan drum. Apa mau dikata?. Seharusnya yang saya ambil jurusan FKIP Seni Tari biar bisa ngegantiin koreografernya cherrybell.

2.      Nyontohin komposer hebat

Seperti Addie MS misalnya. “Pada tahun 1991, Addie bersama Oddie Agam dan pengusaha Indra Usmansjah Bakrie, mendirikan Twilite Orchestra, sebuah pops ocrchestra, yakni orkestra simfoni yang tidak hanya memainkan musik klasik saja, namun juga musik film, drama musikal, musik pop dan tradisional yang diaransemen secara simfonik.” (Wikipedia/Addie_MS). Saya seneng lihat Addie MS yang mau mengangkat musik tradisional ke simfoni. Ini patut dicontoh karna dia mendalami musiknya dengan cara otodidak.

3.      Pacarin anak komposer.

Pacarin anak komposer. Gak mungkin kan kalo saya bilang kevin apprilio (bener gak namanya?). Emang ane cowok apakah? Eh. Gimana gitu ya. Yang gueeeehhhh incer Anaknya Erwin Gutawa yaitu #jreng Gita Gutawa. 

Itu senyum pake gula berapa karung sampe manis kayak gitu :D.

Dengan begitu saya bisa belajar dengan Papahnya (calon mertua :D). Hidup bakalan indah tiap hari bareng Gita Gutawa. Kalo lagi ditelfon gue bakalan dengar suara khasnya itu yaitu suara sopran dengan jarak genggaman HP satu meter dari telinga. Suaranya bisa bangun orang seERTE. 

Tapi gak ada panggilan sayang yang cocok buat kami seperti pipi mimi, bibi bobo, si gembrot si cungkring, nenek kakek sampai panggilan sayang almarhum almarhumah itu tetap gak ada yang cocok. Semuanya gak mungkin. Mustahil bisa macarin dia. Usaha kayak apa sih. Mention twitternya dia. gak bakalan mungkin di balesnya. Sukur-sukur dia liat. Liat aja followernya 2,732,933.   

4.      Kalu masih gagal berati nasibmu berkata lain.

Ternyata nasib berkata lain. Nasib saya bukannya menuliskan not-not balok tapi menuliskan kisah-kisah sumbang di blog ini. sungguh mengharukan.

Kawan-kawan yang punya impian seperti saya. Harusnya bukan Cuma main gitar depan teras rumah, atas atap. Bangkit, move on, keluar dari rumah(bukan minggat), buka mata, banyak sekali jalan dan kesempatan untuk menggapai sumuanya.

Benar kata-kata motivator. Bukan sebesar apa impiannya tapi besarnya usaha yang kamu lakukan untuk menggapai impian tersebut. Keren

@agussuparwanta